Rabu, 17 Desember 2008

Batara Kala


"Kalau blom habis pertunjukkannya ga' boleh pulang, ntar dicegat sama Batara Kala" kata ayah saya dan hal itulah yang dulu menghantui masa kecil saya kalau menonton wayang golek.

semasa smp saya yang gandrung komik wayang mendapat referensi dari komik Wayang Purwa karya S. Ardisoma..konon Batara kala ialah raja denawa yang menguasai kerajaan siluman setra gandamayit beristrikan Dewi Uma yang konon ibunya sendiri (Incest).

Ceritanya begini..Batara Kala atau Kalagumarang lahir dari hawa berahi penguasa para dewa Sanghyang Otipati yang ditolak nafsu berahinya oleh Dewi Uma, Hawa berahi tersebut akhirnya keluar dan tinggal didalam laut sehingga membentuk seorang bayi bertaring yang menyerupai denawa. Dewi Uma mengkritik Otipati bahwa seseorang yang tidak bisa menguasai nafsunya bukanlah dewa tapi denawa, ajaib setelah Uma mengatakan itu Otipati tumbuh taring di mulutnya, Otipati jadi BT abis lalu ia pun membalas bila dirinya seorang denawa maka istrinyapun pasti seorang raksesi (Raksasa wanita), Dewi Uma pun seketika berubah parasnya yang cantik menjadi raksasa wanita yang seram dan menakutkan, mereka berdua tidak sadar akan apa yg telah diucapkannya maka mereka menyesalinya, Otipati lalu mengganti nama Uma menjadi Dewi Permoni/Durga, dan otipati berjanji akan mengubah kembali wujud dewi uma jika saat yang tepat tiba.

Sementara itu Batara kala yang diasuh oleh alam tumbuhlah dewasa, ia merasa dirinya paling perkasa di muka bumi ketika mendengar bahwa penguasa alam semesta adalah Otipati dan bersemayam di Swargaloka, batara kala bertekad hendak merebut tahta otipati, ia pun menyerang Swargaloka, terjadilah pertempuran antara ayah dan anak, Batara kala dilumpuhkan oleh otipati ketika hendak dimusnahkan datang wangsit pada otipati yg mengatakan bahwa Kala adalah anaknya, otipati pun mengurungkan niatnya, ia lalu mengakui batara kala anaknya.

Batara Kala lalu diberi sebuah wilayah kekuasaaan di sebuah tempat yang disebut Setra Gandamayit dan diperistrikan dengan Dewi Permoni yang raganya adalah ibunya sendiri, sementara Dewi uma atas kuasa para dewa berubah kembali ke wujud asalnya

1 komentar:

Anonim mengatakan...

euweuh nanaonan euy